Medan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara kembali mengadakan kuliah umum dengan tema “Peran Perbankan Syariah Dalam Pemulihan Ekonomi Nasional” dengan prodi Magister Perbankan Syariah sebagai penyelenggaranya. Kuliah umum tersebut menghadirkan pembiacara utama Bapak H. Kemas Erwan Husainy, SE. MM selaku Regional CEO BSI Region Medan dan Bapak Ahmad Amin Dalimunthe M.Hum, Ph.D sebagai moderator yang juga menjabat sebagai Sekretaris Program studi Magister Perbankan Syariah
Dr. Fauzi Arif Lubis, M.A, Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam melalui sambutannya menuturkan “Dampak covid 19 saat ini berimbas ke semua sektor kehidupan termasuk sektor ekonomi, sektor bisnis dan sektor keuangan. Hampir seluruh negara mengalami kondisi dimana sektor perekonomiannya mengalami kontraksi disertai pertumbuhan yang minus, termasuk negara Indonesia. Maka dari itu, disinilah diperlukan peran yang lebih dari sektor perbankan, khususnya bagi bank-bank syariah sebagai salah satu instrument ekonomi yang harus berperan dan berkontribusi lebih besar dalam mendukung pemerintah yang telah berjuang memulihkan perekonomian nasional. Perbankan syariah harus selalu siap menghadapi krisis dan menyokong pertumbuhan ekonomi.
Pembicara kuliah umum memaparkan bahwa “ditengah kondisi ekonomi yang menantang, Bank syariah masih dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan asset bank syariah pada tahun 2020 mencapai 13,11%, dan pada triwulan I 2021 berada pada 12,80%, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan asset industri perbankan nasional yang hanya mencapai 7,12% di tahun 2020 dan 5,49% pada triwulan I 2021. Untuk pembiayaan bank syariah mencapai 8,08% pada 2020 dan 6,52% pada triwulan I 2021, sedangkan industri perbankan nasional mengalami penurunan yang drastic yaitu -2,31% pada 2020 dan -3,68% pada triwulan I 2021. Untuk DPK bank syariah berada pada 11,88% di tahun 2020 dan 11,58% di triwulan I 2021. Sedangkan DPK industri perbankan nasional berada pada 10,99% pada tahun 2020 dan 9, 42% di triwulan I 2021.
Namun penetrasi bank syariah di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara lain, yang hanya mencapai 6,41%, lanjut Pembicara. Hal tersebut karena lemahnya daya saing, jaringan yang terbatas serta literasi & inklusi keuangan syariah yang rendah. Pada saat ini yang menjadi tantangan perbankan syariah adalah market share, permodalan, literasi keuangan, SDM dan produk & layanan. Sedangkan potensi bank syariah di Indonesia sangat besar sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan besarnya industry halal. Potensi industry halal mencapai lebih kurang 4.200 triliun yang tersebar di sektor makanan, pakaian, wisata, farmasi & kosmetik, media dan bisnis syariah.
Dengan membaiknya perumbuhan ekonomi, peran bank syariah diharapkan semakin optimal untuk mendukung perkembangan industry halal. Dalam hal ini peran bank syariah berupa penghimpunan dana, pembiayaan UMKM, retail dan wholeshale serta optimalisasi dana ZISWAF.
BSI turut berperan dalam penyaluran PEN (pemulihan ekonomi nasional) dimana PEN PMK tahap 1 (sep 2020-maret 2021) dengan penempatan dana 3.000 M dan target 6.000 M (leverage 2 kali), BSI mampu merealisasikan 8.594 M (leverage 2,8 kali) dengan jumlah debitur sebanyak 63.458. sedangkan pada tahap 2 (22 april 2021- 22 oktober 2021) dengan penempatan dana Rp. 3.000 M dengan target Rp. 4.500M (leverage 1,5 kali), BSI merealisasikan Rp 2.119 M (leverage 0.7 kali) dengan jumlah debitur sebanyak 18.539. Selain itu BSI turut mendukung Gerakan Nasional Wakaf untuk mendukung pemerataan pembangunan dan pemulihan Ekonomi Nasional. “dikutip dari materi yang dibawakan pembicara.
Kuliah umum ini dilanjutkan dengan sesi diskusi yang cukup intensif antara peserta dan pembicara yang dimoderatori Bapak Ahmad Amin Dalimunte, Ph.D. Salah satu peserta bertanya “ bagaimana cara bank syariah mempertahankan asset, pembiayaan dan DPK tetap stabil sedangkan di industri keuangan nasional mengalami penurunan?”. Bapak Erwan menangapi pertanyaan tersebut , strategi bank syariah dalam mempertahankan asset, pembiayaan dan DPK nya yaitu: (1) Keinginan masyarakat pasca pandemi meningkatkan ghirah syariahnya (peluang). (2) Menangkap peluang tersebut dan menarik minat masyarakat dengan cara memberikan penjelasan terkait produk dan layanan bank syariah kepada masyarakat. (3) Focus customer base (sektor jasa, pendidikan & ASN).
Diakhir acara ketua program studi Dr. Muhammad Arif, M.A menyampaikan bahwa kuliah umum ini sangat penting khsususnya bagi para mahasiswa S2 Perbankan Syariah dalam memperbaharui wawasan tema dan isu-isu terkini dalam bidang perbankan dan keuangan Syariah sehingga beliau sangat mengharapkan mahasiswa yang hadir dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya untuk menunjang penyelesaian tugas akhir penelitian Tesis mahasiswa.