25 Juni 2022 Oleh, Opi Chanty Mahendra
Medan – Program Studi Magister Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara mengadakan kuliah umum dengan tema “BANK DIGITAL (NEO BANK): PELUAN DAN TANTANGAN”. Kuliah umum tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Bapak M.Hakim Sitompul, STP,Msi selaku Pemimpin Bidang Dana dan Jasa iB UUS dan Bapak Dr. Dicky Nofriansyah, S.Kom.,M.Kom selaku Dosen STMIK Triguna Dharma yang di moderator oleh Bapak Muhammad Irfan sekalu mahasiswa magister perbankan syariah.
Dr. Mustofa Abdul Rokan, M,Ag, Wakil dekan III Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam yang membuka acara kuliah umu tersebut myampaikan dalam sambutannya “ Buya Hamka membolehkan bunga bank karena jika kita tidak mengikuti tren maka kita tidak akan maju tapi tetap harus diperhatikan kebolehannya. Pada zaman rasul pun sudah ada system muamalah, akan tetapi zaman terus berkembang dan kita berada didalam zona digital. Sudah seharusnya kita mengikuti tren agar tidak tertinggal. Islam sebagai agama kemajuan juga bisa mengikuti dan beradaptasi dengan dunia digital asal tetap pada nilai-nilai keislamannya.
Pembicara kuliah umum pertama Bapak M.Hakim Sitompul, STP,Msi memaparkan bahwa ada 4 dampak revolusi 4.0 pada perbankan yaitu : 1) perubahan ekspektasi konsumen 2) peningkatan kualitas produk dan layanan menggunakan data 3) kemitraan baru dengan fintech dan big technology companies. Bank Digital sebagai Bank Berbadan Hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat (KP), atau menggunakan kantor fisik yang terbatas (POJK 12/2021). Masuk ke perbankan digital butuh pendekatan baru : kemasan produk, business model dan arsitektur teknologi yang digunakan. Bank jika mau masuk ke digital ada 4 syaratnya : regulasi, efesiensi, video, dan keterbukaan. Otomatisasi diperkirakan akan mengubah sekitar 40% dari semua aktivitas perbankan dan akan mempengaruhi hamper 50% dari jenis pekerjaan perbankan pada 2030 (Deloitte,2021). Dari seluruh responden yang mengetahui bank digital, 57,2% responden mengaku tertarik menggunakannya. Alasan utama mereka tertarik menggunakan bank digital adalah “Faktor kemudahan pembukaan rekening jika dibandingkan dengan bank konvensional”.
Peluang digital banking, pada digital opportunities 1) potensi demografis 2) potensi ekonomi dan keuangan digital 3) peningkatan penetrasi internet 4) potensi peningkatan konsumen. Pada digital behaviour kepemilikan perangkat dari jumlah masyarakat Indonesia 98,3% memiliki mobile phone, pengguna untuk belanja online 96,3% dan penggunaan banking 39,2%. Pada digital transaction memiliki peluang transaksi e-commerce yang meningkat, transaksi digital bamking meningkat, uang elektronik pun meningkat, akan tetapi kantor cabang semakin menurun.
Adapun tantangan yang akan dihadapi digital banking yaitu : Perlindungan dan pertukaran data pribadi yang belum dijamin UU, Risiko strategis, investasi TI yang tidak sesuai strategi bisnis, Risiko serangan siber, Kesiapan organisasi dalam mendukung transformasi digital (talent, leader digital, budaya, desain grafis), Risiko kebocoran data nasabah, Risiko penyalahgunaan teknologi (Teknologi AI), Risiko pihak ketiga (outsourcing), Infrastruktur jaringan komunikasi, dan Regulatory framework yang mendukung
Pembicara kuliah umum kedua Bapak Dr. Dicky Nofriansyah, S.Kom.,M.Kom memaparkan bahwa new normal bank lewati pandemic. Selama pandemic covid-19, konsumenberalih ke layer daring, termasuk jasa perbankan. Bank Indonesia (BI) pun mendorong pembayaran nontunai. Akselerasi transformasi menyeluruh: adaptasi bank saat new normal. 1) akselerasi layanan paperless layanan dari kelola keuangan pribadi dan bisnis, 2) 90% transaksi tanpa harus ke kantor cabang dengan one mobile, 3) nasabah UMKM dapat melakukan perbankan bisnis kapan dan dimanapun dengan mudah menggunakan velocity@ocbcnisp versi mobile. Bank dalam proses go digital, di antaranya, Bank BCA Digital, PT BRI Agroniaga Tbk., PT Bank Neo Commerce Tbk., PT Bank Capital Tbk., PT Bank Harda Internasional Tbk, PT Bank QNB Indonesia Tbk., dan PT KEB HanaBank. Bank-bank yang telah menyatakan diri sebagai bank digital : Jenius (Bank BTPN), Wokee (Bank Bukopin), Digibank (Bank DBS), TMRW (Bank UOB), Jado milik Bank Jago, MotionBanking (MNC Bank), dan Bank Aladin.
Pengamat perbankan Vikram pandit “kemajuan teknologi akan memangkas 30% pekerjaan dibakn dalam 5 tahun kedepan”. 5 kunci sukses dalam era digital dan new normal adalah kreatif, konsisten, kerjasama, mengadopsi teknologi, dan aksi. Era perbankan digital akan menjadi alternatif yang makin diminati karena karakteristiknya yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, khususnya kalangan milenial. Bank yang akan beralih ke digital perlu kajian komprehensif, pilihannya : transformasi total menjadi bank digital, menambah layanan digital atau buat bank baru sebagai bank digital. Apapun pilihannya, hal yang tak membedakan antara perbankan digital atau tidak adalah tetap menyandang peran sebagai Lembaga kepercayaan
Kuliah umum ini dilanjutkan dengan sesi diskusi yang cukup intensif antara peserta dan pembicara yang di moderator oleh Bapak Muhammad Irfan. Salah satu peserta bertanya “ bagaimana jika kartu e-money yang kita miliki hilang pak ?” Bapak Hakim menanggapi pertanyaan tersebut, jika kartu e-money hilang maka tidak berarti apa-apa. Kartu e-money ini layaknya dompet keuangan saja yang dibayar untuk toll, parkir, spbu, transportasi, dll. Maka jika kita kehilangannya kita tidak dapat melaporkan ke pihak berwajib, karena kartu ini tidak menunjukkan identitas ataupun informasi penting penggunanya.
Diakhir acara ketua program studi Dr. Muhammad Arif MA, menyampaikan bahwa kuliah umum ini sangat penting khususnya bagi mahasiswa S2 perbankan syariah dalam memperbaharui wawasan tema dan isu isu terkini dalam bidang perbankan dan keuangan syariah sehingga beliau sangat mengharapkan mahasiswa yang hadir dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya untuk menunjang penyelesaian tugas akhir penelitian tesis mahasiswa.